.post-body img {width: 2cm!important;height: auto!important; }

Selasa, 01 Mei 2012

Bunuh Diri ala Jepang

Di balik gemerlapnya kehidupan di negeri sakura, yaitu Jepang, ternyata negara Jepang memiliki kasus bunuh diri yang tinggi. Kasus bunuh diri tersebut bisa diakibatkan karena masalah ekonomi, hubungan sosial, dan sebagainya. Dalam 1 tahun terakhir, setidaknya tercatat 33.000 kasus bunuh diri di Jepang. Berikut adalah beberapa gambar dari bunuh diri yang terjadi di Jepang:


























sumber: uniknya.com

Monyet-monyet yang bijaksana


Setiap orang, mahluk hidup akan hidup dalam suatu kelompok, bersama dengan orang-orang lain dalam kelompok kecil ataupun besar, mulai dari kelompok keluarga sendiri, suatu RT, RW, kelompok pekerjaan, kelompok hobby (satu kesenangan bersama, fotography, golf, caddy!?), kelompok alumni, kelompok facebook sampai kepada kelompok yang lebih besar, lebih luas (nasional / internasional) dll. Memang ada orang-orang yang hanya ingin berada dalam kelompok kecil saja tanpa mau bercampur dengan dunia luar secara intens, seperti kelompok Samin atau Baduy, tetapi ada banyak yang begitu gemar mencari begitu banyak perkelompokan, misalnya di internet. Tidak ada yang salah. Semua terserah kepada setiap orang itu sendiri.
Tetapi, yang paling penting, dalam berkelompok, bermasyarakat, apalagi berbangsa dan bernegara, diperlukan adanya aturan, perjanjian, sebagai panutan, falsafah hidup. Panutan atau falsafah hidup itu bisa datang dari berbagai penjuru, dalam negeri, ataupun luar negeri.
Dari sekian banyak falsafah yang ada, penulis menampilkan satu falsafah dari negeri China yang biasa disebut sebagai falsafah “3 Monyet Bijaksana”, yang mungkin bisa berfaedah bagi kita semua. Falsafah yang punya dua sisi, sisi kebaikan dan juga sisi keburukan.

Falsafah ini biasanya ditampilkan bukan dalam bentuk text (kalimat) tetapi berbentuk figur (patung) 3 ekor monyet yang duduk berdampingan. Setiap monyet menampilkan satu contoh panutan, keteladanan, atau kebaikan.
  • Monyet pertama menutup matanya dengan kedua telapak tangan, yang diartikan sebagai: “janganlah melihat yang tidak baik”
  • Monyet kedua menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, yang diartikan sebagai: “janganlah berbicara yang tidak baik”
  • Monyet ketiga menutup telinganya dengan kedua telapak tangan, yang diartikan sebagai: “janganlah mendengar yang tidak baik”.
Maksud dari falsafah ini adalah agar kita bijaksana dalam melihat, berbicara dan mendengar segala hal dalam hidup kita:
  • Janganlah kita melihat, memaksakan diri melihat sesuatu yang tidak baik untuk diri kita sendiri, untuk masyarakat ataupun negara, juga
  • janganlah berbicara yang tidak baik, apalagi mengeluarkan perkataan yang tidak senonoh ataupun marah-marah, memaki-maki orang lain, dan tentu juga
  • jangan sampai mendengarkan pembicaraan yang tidak baik.
Apa yang diharapkan di-panut-i dari falsafah ini:
  • Diharapkan setiap orang bisa bertindak bijaksana dalam berbagai tindakannya,
  • membuat dan menjalankan kebijaksanaan dan kebijakan yang dalam hidupan seseorang,
  • kebijakan dan kebijaksanaan yang baik seharusnya lebih ditampilkan bukan malah ketidak-bijakan, ketidak-bijaksanaan yang semau-maunya, yang liar, yang tidak mau peduli dengan orang lain, berbuat jahat, mencuri, merampok, korupsi, berbohong, tidak adil, tidak jujur, berlaku curang, bertindak sewenang-wenang dan berbagai ketidak-baikan yang lain.


Ternyata falsafah ini telah diterapkan/digunakan oleh aparatur politik dan hukum Indonesia dengan baik. Kita (rakyat!!!) diharapkan tidak melihat ataupun mendengar yang tidak baik, meskipun ada begitu banyak ketidak-baikan, rakyat tidak boleh melihat itu, abaikan saja!!! Seperti kasus ibu Prita, yang seharusnya dia tidak boleh melihat ketidak-baikan itu. Lebih-lebih lagi ibu Prita seharusnya tidak membicarakan adanya hal yang tidak baik itu. Itu salah kata mereka! Maka ibu Prita harus menanggung beban hukuman. Begitu juga dengan aturan hukum UU ITE apa TEI atau T?I, saya nggak tahu itu. Yang jelas, undang-undang itu telah memelintir falsafah 3 Monyet Bijaksana itu untuk kepentingan P.E. LEGISLATUS, P.E. APARATUS, dan P.E. lainnya (kelompok mahluk purbakala) yang sedang meradang (baca tulisan ‘Phitecantropus Erectus Motoritus’), karena keterbukaan apalagi dunia maya (internet) sudah menjadi momok bagi mereka.

sumber: wordpress.com


Cara mengenali pria Gay (Homoseksual)

Ada banyak cara untuk mengenali seseorang gay atau bukan. Bagi kebanyakan orang, mungkin hal ini menjadi sesuatu yang mustahil dan tidak mudah dilakukan. Akan tetapi bagi seorang gay, akan dapat dengan mudah mengenali komunitasnya. Mereka seolah olah memiliki antena yang dapat dengan benar mengetahui status seorang pria yang menyukai sejenisnya.





Tentunya hal ini butuh keahlian dan trik tersendiri. Mungkin untuk gay dengan gaya dan penampilan yang ekstrem, akan dengan mudah dikenali oleh sekitarnya. Bahkan oleh masyarakat umum sekalipun. Akan tetapi untuk pria gay yang hidden akan sulit dikenali, karena penampilannya layaknya pria kebanyakan. Bahkan akan lebih sulit agi jika pria tersebut sedang bersama wanita. Dari pengakuan sebagian besar gay, mereka mendapatkan keahlian mengenali kawan sejenisnya itu karena jam terbang. Semakin tinggi jam terbang pria gay tersebut, maka semakin besar peluang kebenaran "insting"nya.



Berikut tips dan trik cara mengenali seorang pria itu adalah seorang gay, biseks atau bukan.

1. Tatapan. Seorang pria akan menatap pria lain lebih lama dari pria biasa. Biasanya lebih dari 3 detik, dan itu dilakukan berulang-ulang. Tentunya hal ini akan dilakukan terhadap pria yang memang disukainya. Bahkan tatapan ini akan diakhiri dengan senyuman. Bagi sebagian gay mengaku, tatapan mata seorang gay terhadap pria itu sangat dalam dan terasa "menusuk".

2. Wangi parfum lebih mencolok daripada wanita. Contoh parfum yang menjadi favorit kalangan gay: Hugo, Bvlgari, Polo, CK dan parfum branded lainnya. Bahkan jika yidak mendapatkan parfum branded, yang aspal bahkan diembat pula, yang penting baunya mendekati.

3. Cara berpakaian yang lebih dandy, modis, matching dan update. Motif yang dipakai biasanya garis garis lurus dan warnanya adem. Ada juga yang suka tampil dengan warna warana mencolok dan ngejreng. Bahkan untuk kaos, lebih disukai yang ketat, sehingga memperlihatkan lekuk tubuh lebih jelas. Termasuk kemeja juga dipilih ukuran yang lebih ngepas biar kelihatan bentuk tubuhnya, apalagi jika didapatkan dari hasil fitnes. 

4. Tata rambut yang lebih klimis dan trendy. Selain penampilan, baju, dan wajah. Tak kalah pentingnya adalah tatanan rambutnya, biasanya pria gay lebih klimis dibanding pria heteroseksual. Umumnya mereka suka memakai produk Gatsby dan HR Suwarno gel yang membuat lebih look weet dan fresh.

5. Cara bicara yang lebih sopan. Umumnya tata bahasa yang dipakai lebih ditata. Bahkan pada kebanyakan gay, cara mereka bicara lebih kental huruf 's' nya, dan parahnya lagi kebanyakan suaranya cempreng. Hal ini akan sangat nampak pada gay yang tingkat femininnya lebih tinggi. Makanya kalo kencan buta via telpon, umumnya dapat dikenali dari suara cempreng dan agak lembut, maka langsung bisa terdeteksi apakah pria itu gay atau bukan.

6. Gesture dan sikap. Pria gay , umumnya lebih menjaga sikap seperti cara berdiri, cara duduk hingga cara berjalan. Ketika duduk, dapat dengan mudah dikenali bagaimana pria gay menaruh tangan dan memposisikan atau menyilangkan kaki.

Demikian juga saat jarinya memegang rokok, memegang HP, memegang dompet hingga cara mengambil gelas minuman. Ada perbedaan yang cukup mencolok dibandingkan pria heteroseksual.


sumber: detik.com